Sabtu, 22 Mei 2021 - 14:40 WIB
Warga Desa Kale Komara, Kabupaten Takalar, menjadi kaya mendadak dengan adanya pembebasan lahan untuk pembangunan bendungan Pammukkulu di daerah tersebut. Nilai pembebasan lahan cukup fantantis, mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Artikel.news, Takalar - Warga Desa Kale Komara, Kabupaten Takalar, menjadi kaya mendadak dengan adanya pembebasan lahan untuk pembangunan bendungan Pammukkulu di daerah tersebut. Nilai pembebasan lahan cukup fantantis, mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Hal ini pun langsung viral di media sosial karena warga setempat langsung memborong ratusan mobil dan motor setelah menerima uang pembebasan lahan.
Kepala dusun setempat, Abdul Salam (50), mengungkap bendungan Pammukkulu ini menggunakan total luas lahan 647 hektare. Pembangunan bendungan ini disebut mulai diancang-ancang pada tahun 2000-an.
"Kalau awal mulanya itu sejak tahun 2000-an, zaman (Bupati) Ibrahim Rewa itu mulai diancang-ancang," jelas Abdul Salam, dilansir dari Detik.com, Sabtu (22/5/2021).
Kepastian kelanjutan proyek tersebut, kata Salam, juga diteruskan oleh bupati selanjutnya, yakni Burhanuddin Baharuddin hingga Syamsari Kitta. Selanjutnya kontrak pembangunan bendungan tersebut dimulai pada 2017 dan diikuti proses pembebasan lahan pada tahun-tahun berikutnya.
"Ada (dapat Rp10 miliar). Haji Rahman. Memang banyak lahannya dia. (Warga lainnya) ada yang Rp2 miliar, ada Rp3 miliar, ada hampir Rp4 miliar. Ada juga Rp1 miliar lebih," ungkap Abdul Salam.
Hasil ganti rugi lahan tersebut kemudian banyak digunakan warga untuk memborong kendaraan. Disebut ada ratusan unit motor dan puluhan unit mobil berbagai merek yang langsung diborong warga tak lama setelah uang ganti rugi lahan mereka terima.
"Oh iya, mungkin sempat viral itu. Banyak yang beli motor, ada juga yang beli mobil. Ada beli Rush, Fortuner 2, Kijang Innova, Avanza Veloz, Corolla Cross, pokoknya macam-macam, ada yang beli pikap, ada juga tongkang, macam-macam," kata Abdul Salam.
Namun pembebasan lahan bendungan ini, disebut Salam, menyisakan cerita tersendiri bagi warga. Pada awalnya, pembebasan lahan 100 hektare pada tahap pertama hanya diberi harga Rp 3.000 per meter. Akibatnya, warga banyak yang protes.
"Ya sempat protes karena dia tidak puas. Karena murah sekali," ujar Abdul Salam.
Protes warga tersebut tak berlangsung singkat. Warga mengaku memperjuangkan harga tanah mereka sejak awal 2019 hingga sepanjang 2020. Warga mengaku terus melakukan aksi unjuk rasa di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Takalar, kantor Bupati Takalar, hingga ke beberapa tempat di tingkat provinsi, bahkan hingga ke pusat.
Sebagai informasi, pembebasan lahan milik warga untuk proyek bendungan Pammukkulu sebelumnya ramai diprotes karena nilainya hanya Rp 3.500 per meter. Warga setempat kemudian rutin melakukan unjuk rasa sejak awal 2019 hingga sepanjang 2020 untuk memprotes nilai ganti rugi lahan tersebut.
"Sekarang ganti rugi permeter itu bervariasi, ada yang 20 ribu per meter dan ada yang 25 ribu," kata Abdul Salam.
Ganti rugi pembebasan lahan mega proyek dari Kementerian PUPR mencapai Rp107 miliar yang dibagikan ke 400 orang pemilik lahan di desa itu.
Kepala BNP Talakar M. Naim mengatakan, terdapat 460 bidang yang akan dilakukan pembebasan lahan dengan anggaran mencapai Rp107 miliar. "Ada 440 orang yang sudah menerima. Dan ada lainnya di luar Sulawesi dia terlambat menerima," kata Naim.
Desa Kale Komara terletak di antara dua bukit yang tinggi. Rumah-rumah warga di desa ini banyak dibangun pada lereng-lereng bukit tersebut.
Kondisi letak geografis Desa Kale Komara tersebut lalu membuatnya dilirik pemerintah pusat untuk pembangunan bendungan. Jika sudah beroperasi, bendungan tersebut ke depannya disebut akan memberi manfaat terhadap pengendalian banjir, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), penyediaan air baku bagi warga Takalar, hingga pariwisata karena bendungan ini disebut-sebut akan menjadi bendungan tercantik di Sulsel.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |