Kamis, 23 Desember 2021 - 21:54 WIB
Tumpukan sampah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar tak membuat anak-anak pemulung (warga sekitar TPA) kendor untuk mengenyam pendidikan.
Artikel.news, Makassar -- Tumpukan sampah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar tak membuat anak-anak pemulung (warga sekitar TPA) kendor untuk mengenyam pendidikan.
Relawan Komunitas Literasi Rating Ilmu (LRI) pun tetap tegar mendampingi anak-anak TK, SD, dan yang belum sekolah pun untuk tetap belajar meraih ilmu.
Literasi Rating Ilmu merupakan sebuah komunitas yang telah hadir mengabdikan dirinya mendampingi anak-anak warga yang sehari-hari bergelut dengan sampah untuk belajar, membaca, dan mendapat ilmu pengetahuan.
Ketua Literasi Rating Ilmu, Rahmadina mengatakan, Literasi Rating Ilmu merupakan komunitas sosial yang dibentuk sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus dan bukan berlatar belakang seorang pengajar atau pendidik.
"Jadi kami ini merupakan sebuah komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan dengan beranggotakan dari berbagai kampus yang ada di Sulawesi Selatan," ungkap Dina sapaan akrab Rahmadina kepada ARTIKEL.NEWS, Kamis (23/12/2021)
Dina menjelaskan, bahwa pihaknya tersebut turun langsung membantu anak-anak pemulung merupakan sebagai bentuk keprihatinan terhadap para generasi bangsa di Indonesia terutama di wilayah TPA Antang Kota Makassar ini agar bisa lebih mengenyam pendidikan lebih baik.
"Jadi jika kita melihat program pemerintah yang mewajibkan anak bangsa bersekolah minimal sampai SMA. Ternyata tidak semulus rencananya bagi para anak di Sulawesi Selatan khususnya di TPA Antang ini. Sebab di TPA Antang ini bisa menjadi bukti, bahwa mirisnya kesadaran akan pentingnya pendidikan yang ada di Indonesia terutama di bagian Sulawesi Selatan itu kurang sekali," katanya
"Jadi inilah yang membuat kita dengan turun langsung ke lapangan untuk menumbuhkan lagi semangat belajar bagi adik-adik yang terbelakang akan pendidikan, bahkan mungkin tak pernah tersentuh oleh pendidikan sama sekali," ujar Dina menambahkan
Meski para anggota komunitas LRI ini tidak semua berlatar belakang pendidikan, kata Dina, pihaknya tak mengurungkan semangat untuk berbagi ilmu kepada para anak-anak yang ada di TPA Antang itu.
"Jadi meski kami-kami dari komunitas ini tidak semua berlatar belakang pendidikan atau tenaga pendidik, tapi dengan ilmu dan ketulusan yang disalurkan tentunya diharapkan dapat membantu para anak anak di TPA Antang untuk bisa lebih belajar atau mengenyam lagi yang namanya pendidikan," katanya
Lebih jauh, perempuan 22 tahun ini mengaku pihaknya akan terus melakukan pendampingan untuk anak-anak di TPA Antang sampai mereka benar benar dapat menyeimbangkan antara pendidikan dan mencari uang. Sebab status mereka yang masih dalam pelajar sudah banyak mencari uang dengan memulung sehingga kadang mengesampingkan pendidikannya.
"Jadi tentunya ini akan kami terus dampingi. Karena anak-anak di TPA Antang ini sebenarnya banyak yang sudah bersekolah, hanya saja minat belajarnya yang kurang disebabkan bagi mereka lebih baik memulung bisa dapat uang dari pada sekolah tinggi-tinggi jika ujungnya hanya jadi pemulung," ujar Dina
"Jadi mindsetnya ini yang akan kita coba rubah. Inilah sebenarnya tujuan dari Lierasi Ranting Ilmu ini hadir dengan program kelas berbagi, bermain dan belajar untuk sedikit demi sedikit merubah pandangan mereka bahwa pendidikan itu penting dan sangat berguna bagi masa depan apalagi generasi anak bangsa," imbuhnya.
Laporan | : | Supriadi |
Editor | : | Ruslan Amrullah |