Selasa, 21 Desember 2021 - 16:28 WIB
Ilustrasi logo IPB University
Artikel.news, Bogor - Guru Besar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB University, Prof Hadi Susilo Arifin, menjadi narasumber dalam kuliah daring bertema “Tantangan Pendidikan Arsitektur Lanskap”, belum lama ini.
Kuliah daring ini digelar oleh Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung.
Dalam paparannya, Prof Hadi mengatakan bahwa pendidikan arsitektur lanskap di IPB University menggunakan metode Problem Base Learning (PBL).
PBL merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa.
“Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap nantinya dapat memilih peminatan. Di antaranya perencanaan, desain, tanaman dan tata hijau, atau manajemen lanskap,” jelasnya, dilansir dari Tribunnewsbogor.com, Selasa (21/12/2021).
Menurutnya, saat ini mahasiswa tidak memiliki banyak fleksibilitas untuk mengambil kelas di luar prodi dan kampusnya sendiri.
Di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru menunda kelulusan mahasiswa.
“Dengan adanya Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), percepatan masa studi dapat tercapai. Diharapkan RPL ini sudah bisa dimulai pada semester ganjil 2021/2022,” ucap Ketua Program Studi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB University tersebut.
Ia menambahkan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Arsitektur Lanskap IPB University menyediakan peluang yang lebih luas. Contohnya program Magister Peminatan Diplomasi Lingkungan.
Program tersebut merupakan hasil kerjasama Sekolah Pascasarjana IPB University dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).
Contoh program joint master yang dibentuk adalah Master in Food Security and Climate Change.
"Program internasional ini merupakan kolaborasi dari IPB University, Universitas Gadjah Mada, Kasetsart University Thailand, University of the Philippines Los Banos dan Universiti Putra Malaysia,” jelas Prof Hadi.
Menurutnya, lanskap berperan untuk mendukung desain bangunan.
Contohnya adalah desain arsitektur Rumah Joglo yang merupakan kolaborasi dari pendidikan arsitektur lanskap dan arsitektur bangunan.
“Sementara itu, salah satu faktor yang mendasari Green-Blue Landscape adalah pemilihan tanaman lokal. Pemilihan tanaman lokal ini dapat diajarkan lebih mendalam melalui pendidikan arsitektur lanskap,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, tantangan pendidikan arsitektur lanskap di masa mendatang adalah perubahan iklim global, kebijakan yang dinamis, dan penerapan industri 4.0.
Prof Hadi berharap pendidikan arsitektur lanskap siap dalam era global. Penerapan metode pembelajaran dapat didukung oleh infrastruktur industri 4.0.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |