Senin, 01 November 2021 - 19:54 WIB
Prof.Dr.drg. Muh Harun Achmad., Sp.KGA., K-KKA
Artikel.news, Makassar - Sebanyak 58 ilmuwan asal Indonesia masuk daftar 2 persen ilmuwan yang paling berpengaruh di dunia versi Stanford University dan Elsevier BV.
Salah satu ilmuwan itu adalah seorang dokter gigi asal Makassar yang berprofesi sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin (Unhas), yang bernama Prof.Dr.drg. Muh Harun Achmad., Sp.KGA., K-KKA.
Pada data yang dipublikasikan elsevier pada akhir Oktober 2021, data ini dipublikasikan dengan nama 'Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators'.
Pada publikasi ini, pemeringkatan para ilmuwan didasarkan pada nama-nama yang sering dikutip pada jurnal-jurnal ilmiah di dunia. Ada sekitar 159.648 ilmuwan yang namanya sering dikutip dan yang berasal dari Indonesia ada 58 ilmuwan.
Salah satu ilmuwan yang masuk peringkat ini adalah Muh Harun Achmad. Dia satu-satunya ilmuwan yang berprofesi sebagai dokter gigi.
"Kalau saya lihat dari riset dan publikasi dan saya sendiri dari Unhas sendiri. Ada penelitian dan harus dipublikasi," kata Muhammad Harun (47) dalam keterangannya kepada wartawan, dikutip dari Detik.com, Senin (1/11/2021).
Sejauh ini, sudah 133 jurnal ilmiah yang diterbitkannya. Harun juga mengakui tidak mengetahui siapa-siapa saja pihak yang telah mengutip tulisannya di jurnal ilmiah yang telah ditulis olehnya.
Untuk penelitiannya, dia mengaku fokus pada beberapa bidang, semisal soal kanker rongga mulut, penggunaan obat herbal untuk hambatan kuman dalam rongga mulut.
Yang menarik, dia juga mengembangkan alat bernama Dentosmart EMG bersama rekannya dari fakultas teknik. Alat ini sebelumnya tidak ada di Indonesia.Idenya tercetus setelah melakukan kunjungan ke luar negeri dan salah satu fokus keilmuan pada tumbuh kembang anak.
"Ternyata alat ini ketika saya minta ke teman di Amerika tidak bisa karena tidak ada kerjasama riset kan. Saya Juga ke Jepang, juga ternyata tidak bisa pinjamkan alat-alatnya karena tidak MoU. akhirnya saya kerjasama dengan teman-teman teknik untuk ciptakan alat diagnostik," jelas Harun.
Alat ini tidak serta-merta langsung jadi. Harun menyebut butuh bertahun-tahun penelitian sehingga bisa masuk pada proses pembuatan alat. Alat ini pun diakuinya masih terus dalam pengembangan.
Dia menambahkan, kecintaannya atas dunia menulis, membuat dirinya lebih nyaman dalam membuat tulisan ilmiah. Menurutnya, sebagai seorang peneliti hasilnya bisa terlihat lewat tulisan ilmiah.
"Banyak orang tidak mau terjun ke riset. Jadi saya memanfaatkan separuh hidup saya di menulis. Kalau orang bilang mudah, tidak semudah itu karena kita juga jungkir balik," ucapnya.
Atas prestasinya ini, Harun berharap peneliti lainnya bisa terus belajar khususnya dari Indonesia Timur. Karena menurutnya, masih banyak ruang-ruang yang bisa dimasuki para peneliti untuk dikembangkan, khususnya pada penelitian terapan dan riset pengembangan.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |