Ahad, 19 Oktober 2025 - 21:45 WIB
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi desa apabila dikelola melalui Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih). Ketua DPD APDESI Sulawesi Selatan, Andi Sri Rahayu Usmi, menilai integrasi dua program tersebut akan membuka lapangan kerja baru sekaligus memperkuat rantai ekonomi lokal di tingkat desa.
Artikel.News, Makassar - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi desa apabila dikelola melalui Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih). Ketua DPD APDESI Sulawesi Selatan, Andi Sri Rahayu Usmi, menilai integrasi dua program tersebut akan membuka lapangan kerja baru sekaligus memperkuat rantai ekonomi lokal di tingkat desa.
“Hadirnya Kopdes Merah Putih betul-betul membuat kesejahteraan, ini kan sudah ada usaha di depan mata terkait MBG. Seharusnya, menurut saya, MBG ini diberdayakan ke Kopdes sehingga satu lapangan kerja terbuka, dan kedua, hasil-hasil yang ada di desa itu bisa terserap,” jelasnya.
Sri Rahayu menjelaskan, kolaborasi MBG dan Kopdes dapat menjadi solusi konkret bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, selama pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi sumber daya manusia dan alam setempat.
“Terkait Kopdes Merah Putih memang antara potensi sumber daya manusia dan alam ini harus kemudian diselaraskan, karena jangan sampai melakukan kegiatan usaha yang tidak ada relevannya dengan potensi desanya,” jelasnya.
Mengenai pelaksanaan MBG, Sri Rahayu mendorong agar masyarakat desa diberi ruang lebih besar untuk berpartisipasi, termasuk dalam pemberdayaan pelaku UMKM lokal dan tenaga kerja seperti tenaga kesehatan alias nakes. Menurutnya, banyak nakes di desa dapat diberdayakan kembali melalui skema Kopdes, terutama dalam pengelolaan gizi masyarakat. Dengan pola tersebut, koperasi desa bisa membentuk kelompok dasa wisma yang berperan dalam distribusi dan pendampingan gizi, sekaligus memastikan program MBG berjalan efektif dan berkelanjutan.
“Karena di Kopdes itu ada kesehatan, sehingga terkait penanganan gizi MBG itu misalkan dikelola oleh koperasi, sehingga menghasilkan kelompok dasa wisma yang bisa melakukan itu. Ini kan ada pendampingan kesehatannya, kenapa tidak dibawa ke situ, supaya jangan diputuskerjakan,” tutupnya
Laporan | : | Aan |
Editor | : | Ruslan Amrullah |