Jumat, 25 Juli 2025 - 22:40 WIB
Gelaran acara Tudang Sipulung yang merupakan rangkaian dari Festival Budaya Bacukiki 2025 berlangsung hangat dan penuh apresiasi.
Artikel.news, Parepare -- Gelaran acara Tudang Sipulung yang merupakan rangkaian dari Festival Budaya Bacukiki 2025 berlangsung hangat dan penuh apresiasi.
Peserta tudang sipulung memenuhi bawah rumah kayu tokoh masyarakat Bacukiki, H. Saharuddin. Bukan hanya Ketua RT dan RW, Lurah, Camat, Guru Seni Budaya tingka SMP,SMA, SMK, masyarakat Bacukiki, tetapi para mahasiswa yang sedang melakukan KKN dari perguruan tinggi Unhas, ITH, dan IAIN Parepare,
Wali Kota Parepare Tasming Hamid dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten II A Ardian Asyraq mengatakan, Pemerintah Kota Parepare memiliki peran penting dalam penguatan budaya lokal melalui berbagai kebijakan dan program.
Beberapa kebijakan meliputi pelestarian warisan budaya, revitalisasi tradisi, pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, serta pembentukan peraturan daerah yang mendukung pelestarian budaya.
Pemerintah Kota Parepare juga berperan sebagai fasilitator dan regulator dalam ekosistem budaya serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan budaya.
*Untuk itu Pemerintah mendukung penuh kegiatan Tudang Sipulung dan Festival Budaya Bacukiki untuk selanjutnya bisa menjadi agenda tahunan," ujar A Ardian.
Sementara itu Ir, H. Kaharuddin Kadir,M.Si yang juga Ketua DPRD Kota Parepare siap untuk berpihak pada pemajuan kebudayaan dengan dukungan anggaran sesuai fungsi dari legislatif.
“Kami dari DPRD akan mendukung penuh kegiatan-kegiatan pemajuan kebudayaan yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal. Bacukiki sebagai wilayah yang memiliki sejarah berdirinya Kota Parepare perlu lebih dirawat dan dilestarikan. Lembaga Adat di Bacukiki akan kami fasilitasi untuk mendapat anggaran pelestarian budaya," ungkap Ketua DPRD Parepare tersebut.
H. Saharuddin selaku tokoh masyarakat Bacukiki mengatakan “Kembali Ke Akar Bacukiki”. Kemudian menceritakan ribuan tahun yang lalu, sebelum wilayah Bacukiki dikenal seperti sekarang, telah bermukim sekelompok masyarakat di puncak dan kaki Gunung Bulu Roangnge serta daerah sekitarnya, seperti Kampung Lawalane dan Kampung Kerre’e.
Dalam sejarah Lagaligo, wilayah ini dikenal sebagai Gunung Arung dan masyarakatnya saat itu masih menganut kepercayaan animisme. H. Saharuddin mengatakan, saatnya budaya lokal Bacukiki dibangkitkan dan dirawat.
Hal lain disampaikan oleh A. Ikrar Labattoa selaku budayawan muda Parepare. Menurutnya, Kearifan lokal mencerminkan cara masyarakat tersebut beradaptasi dengan lingkungan, mengatasi masalah, dan menjaga kelestarian budaya mereka. Dan kegiatan tudang sipulung ini dilanjutkan dengan diskusi dan saling bertukar informasi.
“Satu agenda kegiatan tudang sipulung dapat menarik minat masyarakat untuk sama-sama merespon ingatan tentang bagaimana sikap “Menjaga Kampung Nenek” dengan berbagai cara agar kearifan lokal dapat bertahan dari gempuran kemajuan teknologi," pungkas Tri Astoto Kodarie selaku ketua pelaksana kegiatan Festival Budaya Bacukiki 2025.
Laporan | : | Risal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |