Jumat, 20 Agustus 2021 - 22:17 WIB
Pasukan Taliban yang menguasai Afghanistan
Artikel.news, Jakarta - Afghanistan disebut sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Namun, pejabat militer dan ahli geologi AS pada 2021 lalu mengungkapkan jika negara yang terletak di persimpangan Asia Tengah dan Selatan itu memiliki deposit mineral senilai 1 triliun dolar AS atau sekita Rp14.455 triliun.
Kekayaan tersebut terdiri dari besi, tembaga, emas, kobalt, dan logam tanah jarang yang tersebar di seluruh provinsi. Bahkan cadangan lithium yang dimiliki tercatat paling besar di dunia.
Namun, konflik seiring Taliban yang menguasai Afghanistan telah mendorong bangsa dengan kekayaan mineral besar ini masuk ke dalam krisis kepemilikan sumber daya yang diperkirakan bernilai miliaran dolar.
Hal ini tentunya akan membawa isu baru yang masih belum terselesaikan karena dapat mengubah prospek perekonomian negara ini.
Dilansir dari Liputan6.com, Jumat (20/8/2021), yang sumbernya dari CNN dan Independent, selama bertahun-tahun, potensi mineral itu tidak dimanfaatkan dengan baik karena terjadi konflik secara dua dekade belakangan ini.
Sekarang, Taliban menduduki wilayah tersebut dan para ahli mengkhawatirkan tentang masa depan dari cadangan mineral tersebut.
Padahal, komponen dari mineral tersebut memiliki peran penting karena dapat mengatasi krisis iklim, misalnya seperti mengisi baterai isi ulang.
Menurut ilmuwan dan pakar keamanan Ecological Futures Group Rod Schoonover, Afghanistan tentu saja merupakan salah satu daerah yang kaya akan loga mulia dan logam untuk ekonomi yang akan muncul di abad ke-21.
Tantangan keamanan, kekurangan infrastruktur dan kekeringan tingkat tinggi telah mencegah ekstraksi mineral paling berharga di masa lalu. Mengingat pengalihan wilayah ini tidak mungkin dapat segera diubah di bawah kendali Taliban.
Oleh karena itu, adanya peluang tersebut membuat negara-negara seperi China, Pakistan, dan India mungkin mencoba terlibat meskipun keadaan masih kacau. China telah mengatakan siap untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Taliban setelah perebutan kekuasaan.
“China akan menjadi satu-satunya pembeli potensial,” ujar kepala eksekutif Tribeca Investment Partners Ben Cleary.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |