Kamis, 07 Januari 2021 - 20:44 WIB
Massa pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) untuk mengganggu kongres pengesahan Presiden terpilih Joe Biden.
Artikel.news, Washington - Massa pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) untuk mengganggu kongres pengesahan Presiden terpilih Joe Biden.
Aksi yang berujung rusuh ini memicu kecaman dari negara-negara lain. Dilansir BBC, Kamis (7/1/2020) rapat gabungan Kongres untuk mengesahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden terpaksa ditangguhkan akibat penyerbuan tersebut.
Banyak pemimpin menyerukan perdamaian dan transisi kekuasaan yang tertib, serta menggambarkan apa yang terjadi sebagai "mengerikan" dan "serangan terhadap demokrasi".
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengecam kejadian itu dan menyebutnya sebagai "pemandangan yang memalukan".
"Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia dan sekarang sangat penting adanya transfer kekuasaan yang damai dan tertib," tulisnya di Twitter, dilansir dari detik.com, Kamis (7/1/2021).
Sejumlah politisi Inggris lainnya mengikuti langkah Johnson dan mengkritik kekerasan yang berlangsung, termasuk pemimpin oposisi, Sir Keir Starmer, yang menyebutnya sebagai "serangan langsung terhadap demokrasi".
Perdana Menteri Skotlandia, Nicola Sturgeon, menyatakan melalui Twitter bahwa pemandangan dari Gedung Capitol "benar-benar mengerikan".
Sedangkan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengatakan: "Saya percaya pada kekuatan demokrasi AS. Kepresidenan baru Joe Biden akan mengatasi tahap yang menegangkan ini, menyatukan rakyat Amerika."
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengecam "serangan mengerikan terhadap demokrasi". Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengatakan Trump dan pendukungnya "harus menerima keputusan akhir para pemilih Amerika dan berhenti menginjak-injak demokrasi".
Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, mengatakan dirinya mempercayai AS "untuk memastikan transfer kekuasaan secara damai kepada Biden. Adapun Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan dia berharap untuk bekerja sama dengan presiden terpilih dari partai Demokrat tersebut.
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, turut bersuara dengan mengatakan bahwa hasil pemilihan "harus dihormati".
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan warga Kanada "sangat terganggu dan sedih dengan serangan terhadap demokrasi".
"Kekerasan tidak akan pernah berhasil mengesampingkan keinginan rakyat. Demokrasi di AS harus ditegakkan - dan itu akan berhasil," tulisnya di Twitter.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengecam "pemandangan yang menyedihkan" itu dan mengatakan bahwa dia menantikan transfer kekuasaan secara damai.
Ada juga Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pihaknya mengundang "semua pihak" untuk berperilaku dengan "mengendalikan diri dan akal sehat".
Sedangkan pemerintah Venezuela mengatakan bahwa "dengan kejadian yang disesalkan ini, Amerika Serikat mengalami hal-hal yang sama yang telah dipicunya di negara-negara lain akibat kebijakan-kebijakan agresinya".
Namun, seperti dilansir Reuters, Kamis (7/1/2021) sikap sebaliknya justru ditunjukkan oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Mantan kapten militer sayap kanan yang telah lama mengagumi Trump itu, merupakan salah satu pemimpin dunia yang terakhir mengakui kemenangan pemilihan presiden terpilih AS, Joe Biden.
Pada hari Rabu (6/1), Bolsonaro mengatakan dia telah mengikuti berita soal penyerbuan ke gedung Capitol AS oleh massa pendukung Trump yang berusaha untuk membalikkan kekalahan Trump dalam pilpres 3 November lalu. Aksi ini memaksa anggota parlemen untuk mengungsi dan menyebabkan Kongres menunda sesi untuk mengesahkan kemenangan Biden.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |