Rabu, 26 Januari 2022 - 22:46 WIB
Ilustrasi suasana di Kota Hanoi, Vietnam
Artikel.news, Jakarta - Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Vietnam di tahun 2022 akan lebih tinggi dibanding Indonesia.
IMF memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,6 persen year on year (yoy). Sedangkan perekonomian Vietnam tahun ini tumbuh 6,6 persen yoy.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky sepakat dengan IMF. Menurutnya, untuk tahun ini Vietnam masih berpeluang tumbuh lebih tinggi dari Indonesia.
Riefky memandang, pertumbuhan ekonomi Vietnam yang berdaya ini didukung oleh sektor industri pengolahan yang bernilai tambah (value added) sehingga kontribusi Vietnam dalam rantai pasok global atau global value chain (GVC) terus meningkat.
Ini berbeda dengan Indonesia yang relatif stagnan dalam memberikan kontribusi pada rantai pasok global.
“Mengapa berbeda? Karena iklim investasi Vietnam lebih bagus. Mereka bisa menarik Penanaman Modal Asing (PMA) yang berkualitas dan mendorong penciptaan nilai tambah. Sedangkan Indonesia kurang bersaing,” kata Riefky, dilansir dari Kontan.co.id, Rabu (26/1/2022).
Namun, Riefky meminta agar Indonesia tidak patah semangat. Pasalnya, saat ini Indonesia sudah memiliki kesempatan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi Vietnam. Dalam hal ini, memanfaatkan instrumen untuk mendongkrak investasi.
Riefky bilang, Indonesia memiliki Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang bisa membuat iklim usaha dalam negeri menjadi lebih baik sehingga menarik investasi lebih banyak lagi.
Kemudian, ini akan mendorong penciptaan produk yang memiliki nilai tambah. Ini bisa menjadi pijakan awal untuk mendorong perekonomian dan mengejar ketertinggalan dari Vietnam.
Sedangkan dalam jangka panjang, Riefky yakin Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dan bahkan melampaui pertumbuhan ekonomi Vietnam. Dengan catatan, Indonesia harus banyak berubah.
"Secara umum sudah masuk dalam definisi transformasi struktural. Dari sisi dunia usaha menarik investasi yang ciptakan nilai tambah dan di dalam negeri ada hilirisasi agar produk yang diekspor adalah produk yang high value added,” tambah Riefky.
Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melalui program vokasi maupun skill matching antara dunia usaha dan pendidikan sehingga kualitas tenaga kerja Indonesia lebih mumpuni.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |