Selasa, 26 Agustus 2025 - 22:54 WIB
Ilustrasi perempuan berolahraga jalan kaki.(Foto: Facebook Gadis Gym)
Artikel.news, Jakarta - Selama ini target 10 ribu langkah kaki per hari dianggap sebagai standar emas untuk mengurangi risiko kesehatan.
Namun, studi terbaru dari The Lancet Public Health menyebutkan jika jumlah langkah kaki pada angka 7.000 sebagai target yang realistis dan dapat diusahakan. Ini juga dinilai lebih memberikan dampak signifikan.
“Bukan berarti berjalan 10 ribu langkah sehari tidak baik untuk kesehatan, itu jelas baik,” kata Asisten Profesor di Departemen Ilmu Olahraga dan Nutrisi di University at Buffalo Katherine Balantekin, dilansir dari Tempo.co, Selasa (26/8/2025), yang mengutip SELF.
Para peneliti menegaskan, meski manfaat tetap meningkat seiring bertambahnya langkah kaki tetapi persentase manfaatnya cenderung lebih kecil setelah melewati 7.000 langkah.
Kesimpulan ini diambil setelah menganalisis data dari 88 studi mengenai jumlah langkah dan dampaknya terhadap kesehatan. Hasilnya menyimpulkan, target ideal untuk berbagai ukuran kesehatan sebaiknya berada di kisaran 5.000 hingga 7.000 langkah per hari.
Peneliti mencatat jika seseorang bisa mencapai 5.000 sampai 7.000 langkah per hari, risiko mengalami berbagai penyakit akan menurun dibandingkan dengan mereka yang hanya berjalan 2.000 langkah per hari.
Adapun penurunannya, yakni risiko kematian dari semua penyebab turun 47 persen, risiko terkena penyakit kardiovaskular turun 25 persen, kematian akibat kanker turun 37 persen, risiko diabetes tipe 2 turun 14 persen, risiko penyakit demensia turun 38 persen, serta depresi berkurang 22 persen.
Selain melangkah, para peneliti menyebutkan aktif bergerak secara rutin dinilai mampu memperkuat otot, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mendukung kerja jantung.
"Gerakan itu penting untuk mempertahankan atau meningkatkan otot," kata Jason P. Womack selaku Kepala Divisi Kedokteran Olahraga dan Profesor Asosiasi di Departemen Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School.
Profesor klinis asosiasi di NYU Langone Health Thea Gallagher juga menyebutkan rutin bergerak tidak hanya berdampak secara fisik, melainkan juga pada kesehatan mental seseorang.
Penyebabnya karena gerakan dapat membantu pelepasan neurotransmiter (penyenang hati), seperti dopamin dan serotonin, yang mana dapat meredakan gejala depresi sehingga kesehatan mental dapat terjaga.
Laporan | : | Fadli |
Editor | : | Ruslan Amrullah |