Jumat, 07 April 2023 - 22:20 WIB
Polisi melakukan penggeledehan pondok pesantren di Batang, Jawa Tengah, yang pengasuhnya diduga melakukan pencabulan terhadap puluhan santriwati.(Foto: TribunJateng)
Artikel.news, Batang - Puluhan santriwati menjadi korban tindak asusila oknum pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Melansir Tribun Jateng, puluhan personel kepolisian pun sudah melakukan penggeledahan dan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada Rabu (5/4/2023).
Proses olah TKP berlangsung mulai 08.30 hingga 13.30 WIB, dan pelaku sudah diamankan di Polres Batang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pada Ahad (2/4/2023) malam, ada lima santriwati yang melapor. Lalu pada Senin (3/4/2023), bertambah delapan santriwati yang melapor dan kemungkinan masih bertambah.
Seorang korban berinisial S (16) mengaku, tiga kali diperlakukan tak senonoh oleh pengasuhnya. Modus yang dipakai adalah para santriwati yang cantik dipanggil ke sebuah ruangan.
Dalam ruangan tersebut, santriwati dinyatakan memiliki masa depan yang tidak bagus. Lalu untuk mencegah sial, para santriwati harus dinikahi.
Proses pernikahan siri hanya dilakukan antara pengasuhnya dan dirinya, tanpa saksi. Prosesi pernikahan pun hanya bersalaman lalu mengucap ijab kabul.
Kini tidak hanya kepolisian, tampak juga sejumlah petugas dari Dinas Kesehatan dan Tim Dokkes Polres Batang yang melakukan visum terhadap santriwati ponpes tersebut.
"Terkait kasus tersebut benar terjadi, saat ini masih dalam penyelidikan kami, untuk selanjutnya kalau sudah terang benderang akan kami sampaikan, tutur Kapolres Batang, AKBP Saufi Salamun, melalui Kasi Humas Polres Batang, AKP Busono, dilansir dari TribunJateng, Jumat (7/4/2023).
Kades Wonosegoro, Solichin, membenarkan ada penyitaan barang bukti oleh kepolisian.
Ia menjadi saksi dan melihat ada penyitaan sekitar 12 barang bukti.
Pantauan Tribun Jateng di lokasi, kepolisian membawa sejumlah barang bukti seperti alas lantai, beberapa pakaian hingga kasur.
Solichin mengatakan, dirinya tidak begitu kenal dengan oknum pengasuh pondok pesantren tersebut. Ia mengaku hanya bertemu ketika pengasuh salat jumat.
"Santrinya dari luar semua, warga sini enggak ada yang mondok di sini."
"Rata-rata dari luar dari daerah Batang, Pekalongan, kebanyakannya Pekalongan, Kajen," terangnya.
Pihak warga sendiri enggan memondokkan anaknya di ponpes tersebut karena tidak diperbolehkan pulang.
Seluruh santri pun harus tinggal di pondok meski rumahnya di sebelah ponpes.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |