Jumat, 06 Januari 2023 - 20:39 WIB
Kepala Diogo Alves, seorang pembunuh berantai, terawetkan dengan sempurna di dalam toples lebih dari 180 tahun.(Foto: Androphedia.com)
Artikel.news, Lisbon - Kepala Diogo Alves, seorang pembunuh berantai, terawetkan dengan sempurna di dalam toples lebih dari 180 tahun.
Kepala Diogo Alves terlihat masih segar seperti saat dia dieksekusi pada tahun 1841 silam.
Tatapan mata salah satu pembunuh berantai terkejam di Eropa itu menjadi pemandangan yang mengerikan untuk dilihat.
Dia digantung dan dipenggal setelah membantai lebih dari 70 orang di Portugal.
Dilansir dari Tribunpekanbaru.com, Jumat (6/1/2023), Alves mendapat julukan "Pembunuh saluran air" karena dia menunggu korbannya di atas saluran air setinggi 60 meter.
Di sana ia menunggu korbannya yang lewat di malam hari dan merampok mereka.
Dia kemudian mendorong para korbannya jatuh dari ketinggian 60 meter seperti bunuh diri.
Alves akhirnya beralih dari pembunuhan saluran airnya - alih-alih merampok rumah dan membunuh penghuninya.
Tapi dia akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati atas kejahatan, termasuk pembunuhan mengerikan terhadap empat anggota keluarga dokter.
Setelah diadili, dia menjadi salah satu penjahat terakhir yang digantung di Portugal.
Tindakan biadabnya membuat penasaran para ilmuwan dari Sekolah Medis-Bedah Lisbon.
Boffin yang penasaran memutuskan untuk mengawetkan otaknya.
Setelah digantung, kepalanya dipenggal dan diawetkan dalam toples formaldehida, bahan pembalseman.
Kini ia berakhir seperti acar di dalam toples yang dipajang di teater anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Lisbon.
Namun, sepertinya tidak ada studi yang dilakukan di universitas karena kepala tidak menunjukkan tanda-tanda sedang diperiksa.
Sebaliknya itu telah menjadi suvenir mengerikan dan penasaran yang diadakan di lab universitas.
Ia diawetkan bersama rekannya yang bernama Francisco Mattos Lobo.
Dia adalah rekan Alves yang membantai sebuah keluarga beranggotakan empat orang pada tahun 1841.
Tengkoraknya dapat ditemukan hanya dua pintu dari Diogo.
Laporan | : | Wahyu |
Editor | : | Ruslan Amrullah |