Ahad, 06 Februari 2022 - 19:49 WIB
Warga Desa Kawungsari, Kuningan, membeli motor baru setelah menerima dana pembebasan lahan, beberapa waktu lalu.(foto: Sindonews.com)
Artikel.news, Kuningan - Desa Kawungsari, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, beberapa waktu lalu dijuluki kampung miliarder.
Pasalnya, warga di kampung ini langsung menjadi miliarder setelah menerima ganti pembebasan lahan untuk pembangunan Waduk Kuningan yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2021 lalu.
Mereka menerima ganti untung yang besarnya ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Kini, setelah berjalan beberapa tahun, warga kampung miliarder Desa Kawungsari yang menjadi orang kaya baru (OKB) merasakan penyesalan seperti warga kampung miliarder di Tuban.
Jaja (56) salah seorang warga desa miliarder, menyebut, uang ganti untung dari pemerintah sebagai uang panas.
Saat ini, sehari-hari dia hanya menghabiskan uang hasil ganti untung itu karena tidak bekerja.
"Kami baru tinggal beberapa waktu saja disini sudah ketar-ketir untuk bertahan hidup. Bener kang, lagi punya (uang) kita suka lupa berpikir untuk masa depan," kata Jaja, dikutip dari tribun jabar, Minggu (6/2/2022).
Jaja dan warga lainnya kini menempati tempat tinggal baru setelah mendapat ganti untung.
Dalam menjalankan aktivitas di lingkungan perumahan baru, kata dia, merasa tidak karuan. Karena suasana baru dan tidak punya lahan sebagai lokasi garapan untuk bertani.
"Iya, disini dirasakan hanya menghabiskan uang saja. Karena, mau kerja gimana? Lahan sawah atau kebun gak punya. Kehidupan ini benar dari nol. Mulai gaul dengan masyarakat tetangga atau dengan lingkungan sekitar," katanya.
Jaja mengaku dapat ganti untung Rp 500 juta dari pembangunan Wadwuk Kuningan. Dengan uang itu, dia membeli kendaraan dan perlengkapan rumah tangga lainnya serta untuk biaya bertahan hidup.
"Iya, meski masih ada uang sisa. Karena saat dapat uang dari pemerintah itu gede. Kami langsung belanja motor, perlengkapan rumah tangga dan banyak lagi lah. Tapi sekarang ngos ngosan nih, ada kekhawatiran juga," katanya.
Ditanya soal keluhan di tempat tinggal baru, dia menjawab, untuk keluhan yang tidak bisa ditutup tutupi itu dari susahnya mendapat pasokan air bersih.
"Keluhan kami itu hanya susah air bersih saja. Alasannya, mesin pompa yang disediakan pemerintah tidak jalan. Terus, meski sekarang tiap blok rumah dapat jatah wadah air gede, tapi airnya selalu habis dan hanya kebagian sedikit," katanya.
Selain itu, kata dia mengaku merasa minder saat warga lain di lokasi setempat itu menambah bangunan lagi, sedang dirinya hanya bisa melihat akibat tak punya modal.
"Iya, sekarang bisa lihat langsung. Semua bangunan rumah di sini, hampir dibangun untuk tambahan ruangan. Tapi saya, cuma bisa lihat saja dan sesekali bantu dia orang yang sedang bangun," ujarnya.
Laporan | : | Fadli |
Editor | : | Ruslan Amrullah |