Sabtu, 25 Desember 2021 - 18:17 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Artikel.news, Beijing - Ketegangan antara dua negara terkuat di dunia, China dengan Amerika Serikat (AS) belum menunjukkan tanda akan mereda.
Persaingan ekonomi, hingga ketegangan situasi politik terus saja menyita perhatian dunia Internasional.
Amerika sebelumnya menyebut China membantu produksi rudal balistik Arab Saudi.
Negeri yang dipimpin Joe Biden itu gusar sikap China itu membuat kacau situasi keamanan dunia.
Bukan kali ini saja Amerika Serikat dianggap China mengganggu kepentingan negaranya.
Bersama sejumlah negara maju lainnya, mereka menyatakan sikapnya atas sikap negeri pimpinan Xi Jinping atas situasi Internasional yang terjadi belakangan.
Mulai dari tuduhan serius pelanggaran HAM berat terhadap kaum minoritas, klaim soal Taiwan hingga urusan Laut Natuna Utara.
AS bahkan membuat pemerintah China meradang setelah menyatakan sikap memboikot diplimatik Olimpiade Beijing 2022. Sikap AS ini kemudian diikuti sejumlah negara lainnya.
Yang terbaru, Rusia berada di belakang China untuk mengalahkan dominasi Amerika.
Dilansir dari Tribunbatam.id, Sabtu (25/12/2021), awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping bakal mengadakan pembicaraan secara virtual di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara dan Barat.
Setelah pembicaraan itu, Kremlin mengungkapkan bahwa kedua negara sepakat untuk mengembangkan sistem keuangan bersama untuk mengurangi ketergantungan pada platform yang didominasi AS.
Langkah dianggap sebagai respons terhadap serangkaian peringatan dari negara-negara Barat yang bisa memutuskan hubungan Rusia dari sistem keuangan SWIFT sebagai sanksi.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis itu pula, Putin mengatakan China adalah mitra nomor satu Rusia.
Sebelumnya Putin mengungkapkan jika China sedang mengembangkan senjata dengan teknologi canggih.
Rusia bahkan menjalin kerja sama dengan China salah satunya pada bidang keamanan.
Putin menyebut angkatan bersenjata China sebagian besar dilengkapi dengan sistem persenjataan paling canggih.
Rusia menurut Putin bekerja sama dengan China di bidang luar angkasa, khususnya pada area pesawat.
Menurut dia, kerja sama antara angkatan China dan Rusia meliputi latihan bersama, partisipasi dalam latihan perang internasional bersama, patroli bersama di laut dan di udara.
Putin menambahkan, Rusia dan China memiliki kemitraan strategis yang benar-benar komprehensif.
Vladimir Putin menyebut China akan melampaui AS untuk setiap aspek perekonomian dalam 30 tahun ke depan.
Putin memprediksi, AS akan kehilangan posisi dominasinya di bidang keuangan dan perdagangan karena disalip China.
Hal tersebut disampaikan Putin kepada wartawan dalam konferensi pers akhir tahunan pada Kamis (23/12/2021) sebagaimana dilansir Russia Today.
“Hari ini, ekonomi China sudah lebih besar daripada Amerika dalam hal paritas daya beli,” kata Putin seperti diberitakan Kompas.com.
Menurutnya, pada 2035 hingga 2050, China akan melampaui AS dan Beijing akan menjadi ekonomi terkemuka di dunia dalam semua aspek.
Namun, dia menambahkan bahwa Barat sedang bekerja untuk melemahkan 'Negeri Panda' dan mencekik pertumbuhannya.
Putin juga mengecam boikot diplomatik yang dipimpin AS terhadap Olimpiade Beijing 2022 sebagai upaya yang tidak dapat diterima.
Menurutnya, itu sama saja menahan perkembangan Beijing.
Dia menambahkan, kedua belah pihak memiliki hubungan yang saling percaya dan itu membantu keduanya membangun hubungan bisnis yang baik.
China sebelumnya terus mengembangkan teknologi selain meningkatkan kualitas militernya.
Apa yang dibuat negara yang kini dipimpin Xi Jinping ini membuat khawatir sejumlah negara maju.
AS sebelumnya begitu mengkhawatirkan sikap China yang mengerahkan militernya untuk mengklaim wilayah Taiwan dan Laut Natuna Utara (Laut China Selatan).
Keprihatinan senada juga mereka sampaikan terkait tuduhan pelanggaran HAM terhadap kaum minoritas di sana.
Saling 'serang' pendapat hingga sikap pun tak terelakkan.
Hingga China meradang dan meminta sejumlah negara untuk berhenti mencampuri kepentingan negaranya.
Amerika dibuat merinding setelah badan intelijen AS menyebut Arab Saudi saat ini secara aktif memproduksi rudal balistiknya sendiri dengan bantuan China.
Saudi diketahui telah membeli rudal balistik dari China di masa lalu, tetapi tidak pernah mampu membangunnya sendiri.
Gambar satelit yang diperoleh CNN menunjukkan bahwa Kerajaan saat ini sedang memproduksi senjata setidaknya di satu lokasi.
Pejabat AS di berbagai lembaga, termasuk Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, telah diberi pengarahan dalam beberapa bulan terakhir tentang intelijen rahasia.
Informasi mengungkapkan beberapa transfer skala besar teknologi rudal balistik sensitif antara China dan Arab Saudi.
Laporan | : | Faisal |
Editor | : | Ruslan Amrullah |