Jumat, 09 Juli 2021 - 15:03 WIB
Cyrine Abdelnour, model Lebanon
Artikel.news, Beirut - Perempuan di Lebanon kesulitan untuk membeli pembalut. Pasalnya, harga pembalut di negara ini melambung tinggi mencapai 500 persen dari harga normal.
Hal itu dikarenakan krisis ekonomi parah yang melanda negara tersebut hingga membuat berbagai kebutuhan masyarakat mengalami kelangkaan dan kenaikan harga.
Dilansir Detik.com dari Global Times, Jumat (9/7/2021), harga pembalut di Lebanon yang sebagian besar impor mengalami kenaikan hingga 500 persen sejak dimulainya krisis ekonomi yang disebut Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk di dunia sejak tahun 1850-an.
Pada 2019, satu paket pembalut dibanderol 3.000-4.000 pound Lebanon atau sekitar Rp 28.860 hingga Rp 38.480 (kurs Rp 9,62). Kini, harga pembalut yang sama sudah mencapai 13.000 pound atau sekitar Rp 125.000, bahkan dilaporkan ada yang dibanderol 32.000 pound (Rp 307.000).
Dengan melonjaknya harga pembalut di Lebanon, seorang perempuan bernama Sherine tidak mampu lagi membeli pembalut. Jadi setiap bulan dia terpaksa membuatnya sendiri dari popok bayi atau kain lap.
"Dengan semua kenaikan harga dan rasa frustrasi karena tidak bisa mengatur, saya lebih baik berhenti menstruasi sama sekali," kata wanita berusia 28 tahun itu sambil air mata mengalir di pipinya.
Dengan lebih dari separuh populasi hidup dalam kemiskinan, puluhan ribu wanita sekarang putus asa mencari alternatif yang terjangkau. Sherine awalnya beralih ke pembalut murah yang katanya menyebabkan iritasi kulit, tetapi itu saat ini juga mahal.
"Saat ini, saya menggunakan handuk dan potongan kain. Saya memilih untuk mendahulukan putri saya. Saya lebih suka membeli susunya. Sedangkan saya, saya bisa melakukannya," ungkapnya.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |