Jumat, 19 November 2021 - 21:05 WIB
Harga minyak goreng melambung tinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Artikel.news, Jakarta - Harga minyak goreng melambung tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi angkat bicara terkait hal ini.
Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng merupakan konsekuensi atas meroketnya harga komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
"Kalau kita lihat sekarang sebenarnya barang apa yang kita jual? Pertama yang paling besar itu adalah yang kita jual adalah produk minyak nabati HS nomor 15 yaitu kelapa sawit," kata Lutfi, dilansir dari Liputan6.com, Jumat (19/11/2021).
Ada dua dampak yang terjadi akibat kenaikan harga CPO tersebut. Pertama ekspor Indonesia membaik karena memang sebagian besar produk minyak kelapa sawit diekspor.
Namun hal tersebut juga berdampak ke dalam negeri yaitu kenaikan harga minyak goreng.
"Kita ini menjual kira-kira 27 miliar dolar AS pada 2020. Pada Oktober 2021 saja kita menjual 3,36 miliar dolar AS," ungkapnya.
Menurut Lutfi, harga kelapa sawit kini dibanderol 1.250 dolar AS per ton. Ia memperkirakan harga tersebut akan terus melambung dan berpotensi menyentuh 1.500 dolar AS per ton.
"Akan naik lebih dari 1.500 dolar pada tahun depan karena panen dari pada kelapa sawit kita ini, panen dari kelapa sawit dari seluruh dunia itu tidak akan terlalu baik," jelasnya.
Lutfi mengemukakan, dalam mengontrol harga minyak goreng, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng Rp11.000 per liter ketika harga kelapa sawit di kisaran 600 dolar per ton.
Namun kini harga minyak goreng terancam naik dua kali lipat terkerek harga CPO.
"Begitu harganya dua kali lipat maka harga minyak goreng hari ini lebih dari Rp16.000, terkadang lebih dari Rp16.000 sebagai bagian yang tertinggi. Tetapi ini konsekuensi dari pada market international," jelasnya.
Laporan | : | Supri |
Editor | : | Ruslan Amrullah |