Ahad, 16 Mei 2021 - 21:11 WIB
Beberapa waktu lalu, Telkomsel resmi menyuntikkan dana investasi sebesar 300 juta dolar AS atau setara Rp 4,2 triliun ke Gojek. Langkah tersebut untuk mengakselarasi kemajuan ekosistem digital inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Artikel.news, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Telkomsel resmi menyuntikkan dana investasi sebesar 300 juta dolar AS atau setara Rp 4,2 triliun ke Gojek. Langkah tersebut untuk mengakselarasi kemajuan ekosistem digital inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Ternyata langkah ini tak memberikan pengaruh cukup baik bagi PT Telkom yang merupakan induk perusahaan dari Telkomsel.
Dilansir dari Liputan6.com, Minggu (16/5/2021), saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih bergerak terbatas meski ada sentimen tersebut. Pada saat pengumuman Telkomsel menambah investasi ke Gojek, saham Telkom justru melemah terbatas.
Pada Senin (10/5/2021), saham TLKM melemah 0,63 persen ke posisi Rp 3.170 per saham. Saham TLKM berada di posisi tertinggi Rp 3.200 dan terendah Rp 3.160 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 13.641 kali dengan nilai transaksi Rp 417,5 miliar.
Akan tetapi, saham TLKM akhirnya berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan 11 Mei. Saham TLKM ditutup naik 0,32 persen ke posisi Rp 3.180 per saham.
Saham TLKM berada di posisi tertinggi Rp 3.200 dan terendah Rp 3.150 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 17.911 kali dengan nilai transaksi Rp 349,9 miliar.
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham TLKM melemah 3,93 persen ke posisi Rp 3.180 per saham. Saham TLKM berada di posisi tertinggi Rp 3.640 dan terendah Rp 3.040 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.610.310 kali dengan nilai transaksi Rp 38,8 triliun.
Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menjelaskan, investasi anak usaha Telkom ke Gojek memberikan dampak positif bagi perseroan ke depan.
Akan tetapi, pergerakan saham Telkom yang melemah, menurut Lanjar, karena faktor perang harga di industri telekomunikasi yang semakin ketat. Ini ditunjukkan dengan para emiten yang berlomba menawarkan produk unlimited dengan harga lebih murah.
"Hal ini dapat mempengaruhi ARPU (average revenue per user) dan nantinya akan berpengaruh juga untuk pendapatan perusahaan," kata dia.
Lanjar menambahkan, di sisi lain daya beli masyarakat yang belum pulih juga turut menjadi tantangan para operator seluler saat ini.
Lanjar menuturkan, pihaknya masih melihat prospek yang positif untuk Telkom. Terutama kalau dilihat dari bisnis Indihome yang cukup signifikan, dan kontribusi Indihome pada total pendapatan Telkom juga terus meningkat.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |