Rabu, 27 April 2022 - 15:35 WIB
Jika berbicara soal anak magang, mungkin identik dengan gaji yang minim. Namun, anak magang atau internship di Wall Street, Amerika Serikat, tampaknya tidak relate dengan kondisi tersebut.
Artikel.news, New York - Jika berbicara tentang anak magang, mungkin identik dengan gaji yang minim. Namun, anak magang atau internship di Wall Street, Amerika Serikat, tampaknya tidak relate dengan kondisi tersebut.
Pasalnya, baru-baru ini diberitakan bahwa anak magang di Wall Street digaji hingga 16 ribu dolar AS atau setara Rp230 juta per bulan.
Sebagai informasi, Wall Street adalah istilah untuk menggambarkan industri keuangan dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya.
Saat ini, perusahaan papan atas rela mengeluarkan jutaan dolar demi mendapatkan tenaga kerja yang terbaik, termasuk pekerja berstatus magang.
Dilansir dari Beautynesia, Rabu (27/4/2022), banyak perusahaan investasi global memutuskan untuk meningkatkan gaji karyawan magang sebesar 37,2 persen untuk musim ini dibanding tahun sebelumnya.
Sementara untuk perusahaan perbankan, membayar 36,9 persen lebih banyak, dilansir Bloomberg dari Wall Street Oasis.
Tahun ini merupakan masa perekrutan yang sangat sulit bagi Wall Street. Banyak industri yang berjuang untuk mencari tenaga kerja di tengah perputaran yang tinggi.
Sektor keuangan sendiri mengalami pergantian atau perputaran karyawan yang tinggi. Salah satu faktornya adalah jam kerja yang melelahkan dan jadwal yang menuntut menyebabkan ketidakpuasan di antara para bankir junior yang meminta untuk bekerja hanya 80 jam seminggu.
Tidak hanya itu, kesulitan untuk mencari tenaga kerja bagi perusahaan perbankan juga disebabkan adanya persaingan ketat dengan perusahaan teknologi modern. Pada umumnya, perusahaan teknologi masa kini menawarkan tempat kerja yang lebih santai dan fleksibel.
Oleh karena itulah, industri perbankan mengambil strategi dengan meningkatkan gaji pekerja magang. Pendiri Wall Street Oasis Patrick Curtis mengatakan pertumbuhan kompensasi bagi calon bankir junior selama setahun terakhir adalah yang tertinggi yang dia lihat sejak meluncurkan perusahaan pada 2006.
Dan bukan hanya bank, pekerja magang di perusahaan perdagangan milik Jane Street menghasilkan gaji rata-rata dari 16.356 ribu dolar AS per bulan, setara dengan hampir 200 ribu dolar AS atau setara Rp2,8 triliun per tahun.
"Ini adalah angka rekor untuk gaji magang, terutama apa yang kita lihat pada tahun 2022," kata Curtis, dikutip dari Bloomberg.
Untuk 0,8 persen pelamar yang berhasil magang di Citadel, perusahaan hedge fund teratas, gaji bulanan rata-rata adalah 14 ribu dolar AS atau setara Rp202 juta. Namun, gaji tersebut juga tergantung pada posisinya, seperti software engineer, dan trader atau peneliti kuantitatif.
Sementara perusahaan Point72 Asset Management, mengonfirmasi bahwa mereka menawarkan 10.750 dolar AS atau Rp155 juta per bulan kepada siswa magang di posisi analisis investasi, dengan durasi magang selama delapan minggu.
Selama bertahun-tahun, Wall Street adalah tempat bagi lulusan baru yang ambisius dalam memiliki karier yang cemerlang. Namun, hadirnya Silicon Valley membuat para lulusan baru berbondong-bondong melamar di daerah yang berhasil mencetak perusahaan teknologi raksasa itu.
Menurut ekonom Glassdoor Lauren Thomas, industri teknologi telah memantapkan posisinya sebagai tempat teratas untuk para lulusan baru berbakat dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, terlepas dari persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik, tampaknya bekerja di Wall Street yang bergengsi masih memikat para lulusan baru untuk berkarier.
Goldman Sachs, perusahaan perbankan dan investasi, menerima rekor jumlah lamaran untuk program magang musim panas tahun ini. Lonjakan ini bisa jadi karena kenaikan gaji di posisi entry level.
Meskipun gaji yang ditawarkan sangat menggiurkan, tantangan bagi Wall Street apakah para karyawan magang tersebut bisa 'bertahan' selama durasi magang, dan apakah ada kandidat untuk jangka panjang ke depannya.
Sebab, tekanan kerja yang tinggi, budaya kerja yang dinilai 'toxic', hingga adanya intimidasi dan pelecehan, menjadi alasan mengapa terjadinya pergantian karyawan yang tinggi.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |