Artikel.news, Jakarta - Artis Acha Septriasa yang selama ini tinggal bersama keluarganya di Sidney, Australia, kaget saat berada di Jakarta dan mengetahui harga sembako jauh lebih mahal dibanding di Australia.

Acha Septriasa sendiri tengah pulang ke Indonesia dan bertemu dengan sejumlah kerabat sehingga tahu harga kebutuhan pokok sehari-hari.

Bahan makanan yang dibandingkan harganya oleh Acha adalah bahan-bahan makanan yang memiliki standar internasional.

"Makanan surprisingly lebih murah beli sembako di sana, menurut gue," ujar Acha di kanal YouTube Raditya Dika, yang dilansir dari Tribunnewsmaker.com, Selasa (15/2/2022).

"Kalau misalnya dengan standar internasional, stndar bahan baku makanan yang di luar juga ada merek itu, harganya jauh," sambung Acha.

Bahkan menurutnya harga di Indonesia bisa tiga kali lipat lebih mahal dibanding di Australia dengan merek yang sama.

"Bisa tiga kali lipat lebih mahal di Jakarta dibanding di Sidney," ucap Acha.

"Karena mungkin bea cukainya di sini mahal ya," sambung Acha menebak.

Padahal, Acha membeli produk sembako itu juga di supermarket, bukan pasar tradisional di Australia.

"Supermarket di sana memang murah, apalagi untuk daging," ujar Acha.

"Kalau di sini Australian beef kayaknya udah di mark up kan mahal, kalau di sana Australian beef, salmon juga semua bener-bener murah.

Bahan baku lebih murah daripada di Indonesia," jelasnya.

Acha juga membandingkan pengeluaran bulanannya yang hidup di Australia dengan sesama teman artis lainnya dengan standar dua orang tua dan satu anak.

"Kalau kayak temen artis kita belanja seminggu bisa berapa belas juta, gue enggak pernah mencapai angka itu," ucap Acha.

"Kalau untuk family dua orang sama satu anak kayak gue, paling sebulan cuma Rp 10 juta, sebulan loh," sambungnya.

Di sana Acha juga tidak memiliki asisten rumah tangga. Acha memilih untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri.

"Enggak ada (pembantu), gue ini pembantunya, gue, " kata Acha disertai tawa.

Sementara itu, kedepannya Acha berharap saat kembali ke Indonesia 10 atau 15 tahun lagi, bisa membangun sekolah akting.
 

Laporan	:	Cullank
Editor	:	Ruslan Amrullah