Jumat, 14 Januari 2022 - 22:35 WIB
Ilustrasi pemberian vaksin Covid-19
Artikel.news, Makassar - Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis baru telah berlangsung selama hampir dua tahun di seluruh dunia.
Dalam kurun waktu tersebut, virus corona terus bermutasi dan menghasilkan sejumlah turunan.
Saat ini, virus corona varian Omicron menjadi sorotan, setelah varian Delta memancing kekhawatiran global karena keganasannya.
Sejumlah negara di dunia pun menggencarkan vaksinasi booster atau penguat dalam menghadapi varian-varian baru virus corona.
Namun, pelaksanaan vaksinasi booster juga mendapat sorotan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pakar WHO memperingatkan, mengulangi dosis booster dari vaksin Covid-19 original bukanlah strategi yang layak untuk melawan varian yang muncul.
Mereka pun menyerukan untuk membuat vaksin baru yang memberikan perlindungan lebih terhadap penularan Covid-19.
Dilansir dari Tribunternate.com, Jumat (14/1/2022), yang mengutip Channel News Asia, tim ahli yang dibentuk oleh WHO untuk menilai kinerja vaksin Covid-19 mengatakan, hanya memberikan suntikan baru dari vaksin Covid-19 yang ada saat ini untuk varian baru yang muncul bukanlah cara terbaik untuk memerangi pandemi.
"Strategi vaksinasi berdasarkan dosis penguat/booster berulang dari komposisi vaksin original sangat mungkin bukanlah strategi yang tepat atau berkelanjutan," kata Kelompok Penasihat Teknis WHO untuk Komposisi Vaksin Covid-19 (Technical Advisory Group on COVID-19 Vaccine Composition/TAG-Co-VAC) dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu mengatakan, kemungkinan dibutuhkan upaya untuk memperbarui vaksin yang ada untuk lebih menargetkan varian baru Covid-19, seperti Omicron, yang telah menyebar dengan cepat dan terdeteksi di 149 negara sejauh ini.
Mereka juga menyerukan pengembangan vaksin baru yang tidak hanya melindungi orang yang tertular Covid-19 agar tidak sakit parah, tetapi juga lebih baik mencegah orang tertular dari virus sejak awal.
“Vaksin Covid-19 yang berdampak tinggi terhadap pencegahan infeksi dan penularan, selain pencegahan gejala berat dan kematian, perlu dan harus dikembangkan,” kata TAG-Co-VAC.
Ini, katanya, akan membantu menurunkan "penularan di tengah masyarakat dan perlunya langkah-langkah kesehatan dan sosial masyarakat yang ketat dan bercakupan luas."
Tim TAG-Co-VAC juga menyarankan bahwa pengembang vaksin harus berusaha untuk menciptakan vaksin yang "memicu respon imun yang luas, kuat, dan tahan lama untuk mengurangi kebutuhan akan dosis booster secara berkala."
Menurut WHO, ada 331 kandidat vaksin Covid-19 yang saat ini sedang dikerjakan di seluruh dunia.
Sampai vaksin baru dikembangkan, kelompok itu mengatakan, "komposisi vaksin Covid-19 saat ini mungkin perlu diperbarui."
Ini akan "memastikan bahwa (vaksin-vaksin itu) terus memberikan tingkat perlindungan yang direkomendasikan WHO terhadap infeksi dan penyakit oleh VoC (variant of concern), termasuk Omicron dan varian yang muncul di masa mendatang."
Hanya beberapa minggu setelah Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika bagian selatan, semakin jelas bahwa varian itu tidak hanya jauh lebih menular daripada varian sebelumnya, tetapi juga mampu menghindari efektivitas beberapa vaksin.
WHO sejauh ini telah memberikan cap persetujuan untuk versi-versi dari delapan vaksin yang berbeda.
TAG-Co-VAC menekankan bahwa vaksin tersebut memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit parah dan kematian yang disebabkan oleh berbagai varian virus.
Data awal menunjukkan, vaksin yang ada saat ini kurang efektif dalam mencegah penyakit Covid-19 bergejala pada orang yang telah terpapar varian Omicron.
Namun, perlindungan terhadap penyakit parah, yang secara khusus dimaksudkan dalam pembuatan vaksin, "lebih mungkin dipertahankan", katanya.
"Namun, diperlukan lebih banyak data tentang efektivitas vaksin, terutama terhadap risiko rawat inap, gejala parah, dan kematian, termasuk untuk setiap platform vaksin dan untuk berbagai dosis vaksin dan rejimen produk," katanya.
Sementara itu, TAG-Co-VAC menggemakan sikap WHO bahwa "prioritas langsung bagi dunia adalah mempercepat akses ke vaksinasi primer."
Badan kesehatan di bawah naungan PBB itu telah menolak desakan di semakin banyak negara untuk meluncurkan program suntikan tambahan terhadap vaksin booster dalam pertempuran melawan varian baru virus corona, seperti Omicron.
WHO mengatakan, ini tidak masuk akal karena banyak orang di negara-negara miskin masih menunggu suntikan vaksin dosis pertama.
Yang mana, jika distribusi vaksin belum merata dan penularan semakin tak terkendali, maka kemungkinan munculnya varian baru yang lebih berbahaya akan meningkat.
Sejauh ini, lebih dari 8 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di setidaknya 219 wilayah di dunia, menurut hitungan AFP.
Sayangnya, saat lebih dari 67 persen orang di negara-negara berpenghasilan tinggi telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19, tetapi di negara yang berpenghasilan rendah, kurang dari 11 persen penduduk mereka mendapat vaksin dosis pertama, menurut angka PBB.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |