Rabu, 24 November 2021 - 21:01 WIB
Berkat kecanggihan teknologi DNA, sebuah kasus kekerasan seksual dan pembunuhan terhadap seorang gadis berusia 9 tahun di Amerika Serikat (AS) terpecahkan setelah 62 tahun.
Artikel.news, Makassar - Berkat kecanggihan teknologi DNA, sebuah kasus kekerasan seksual dan pembunuhan terhadap seorang gadis berusia 9 tahun di Amerika Serikat (AS) terpecahkan setelah 62 tahun.
Kasus kekerasan seksual dan pembunuhan di AS itu dilakukan oleh seorang pria 18 tahun setelah anak perempuan itu hilang dari rumahnya pada 1959 silam.
Pada hari kejadian, anak itu tengah menjual permen api unggun di lingkungan Spokane di West Central, AS, dan tidak kembali ke rumah.
Dua minggu kemudian, tubuh anak itu ditemukan, dan saat itu, John Reigh Hoff, yang telah ditetapkan sebagai terdakwa, tidak pernah dinyatakan bersalah.
Dilansir dari Pikiran-Rakyat.com, Rabu (24/11/2021), yang mengutip laman Independent, pelaku kekerasan seksual dan pembunuhan itu dilaporkan meninggal dunia pada tahun 1970.
Berdasarkan pernyataan polisi Spokane, John Reigh Hoff merupakan seorang tentara Angkatan Darat AS dan ditempatkan di pangkalan Angkatan Udara Fairchild di Distrik Spokane ketika insiden itu terjadi pada tahun 1959.
Pada tahun 1961, ketika dia berusia 20 tahun, dia ditangkap karena "dengan niat untuk merampok" setelah seorang wanita ditemukan diikat dan dicekik.
Sebelum evolusi teknologi DNA canggih, kasus pembunuhan anak tersebut sangat sulit untuk dipecahkan, sehingga dijuluki sebagai kasus 'Gunung Everest' oleh otoritas Spokane.
Awal tahun ini, departemen kepolisian diundang untuk mengambil sampel air mani dari tubuh korban ke laboratorium DNA di Texas dan Hoff ditemukan sebagai salah satu tersangka di antara tiga pelaku. Dua lainnya adalah saudara laki-lakinya.
Kemudian ditemukan bahwa sampelnya cocok dengan sampel yang diambil dari tubuh korban.
"Departemen dapat mengonfirmasi bahwa itu adalah 25 triliun (18 nol) kali lebih mungkin DNA-nya daripada orang lain," menurut laporan di Independent UK.
Sersan Zac Storment mengatakan waktu yang dihabiskan untuk menyelidiki pembunuhan itu tidak diukur dalam jam, melainkan diukur dalam karier.
Dalam siaran pers oleh departemen itu, pengungkapan kasus tersebut telah melibatkan ketekunan dari berbagai generasi detektif.
"Dibutuhkan tekad komunitas, evolusi teknologi, dan ketekunan dari generasi detektif untuk akhirnya memecahkan misteri seputar pembunuhan mengerikan Candy Rogers. Enam puluh dua tahun kemudian, akhirnya ada semacam penutupan," kata departemen itu dalam siaran pers.
Laporan | : | Jannah |
Editor | : | Ruslan Amrullah |